Senin, 20 Agustus 2007

Keliling-keliling di Solo

Bagi wisatawan, Solo belum semenarik Yogya. Apa memang begitu? Angkasa menelusuri beberapa objek wisata Kota Solo, melalui pintu gerbang udaranya, Bandara Adi Sumarmo.

Bandara Adi Sumarmo BANDARA - Solo punya Bandara Adi Sumarmo, yang didarati pesawat SilkAir dari Singapura

Kenapa tidak ke Pasar Triwindu? Ada pernak-pernik antik, cantik, dan unik di pasar loak yang letaknya tak jauh dari jalan utama Slamet Riyadi, di depan Puro Mangkunegaran, Solo itu.

Gerbangnya tak mengundang perhatian, bahkan tak terawat. Namun, begitu masuk, sebuah kios yang dipenuhi cenderamata antik, seperti porselin Cina, lampu teplok, hiasan wayang dari kulit dan kayu, serta topeng, sudah mengundang mata untuk melihat-lihat.

Wow, asyik juga memilih dan memilah-milah hiasan kecil cantik dari kuningan berbentuk binatang, seperti gajah, kodok, kura-kura, kucing, dan anjing itu. Yang paling unik, bertumpuk-tumpuk koin untuk kerokan bisa "diacak-acak" satu per satu. Yang bagaimana, ya, yang enak untuk dipakai kerokan? Pernak-pernik ini tak mahal, dan cukup spesial untuk oleh-oleh.

Pasar Triwindu bisa jadi tempat penuh daya tarik bagi penikmat hiasan-hiasan dan benda-benda antik. Jika sabar memilih, Anda akan memperoleh pernak-pernik yang bagus dan sesuai selera karena memang di setiap kios, benda-benda itu digelar tak beraturan. Berkeliling pasar pun cukup nyaman karena Anda pun tak akan "diburu-buru" atau "dipaksa" si penjual untuk membeli.

Dari sana, bagaimana jika ke Pasar Klewer, Pasar Bunga, Pasar Buah, dan Pasar Burung? Cari batik, Klewer tempatnya. Sayangnya, kualitasnya terkadang tidak terjamin. Kadang ada yang bagus, kadang sulit mengetahui bagus tidaknya. Tak heran jika tak paham benar, lebih baik beli di toko, atau bahkan ke Yogya saja.

Sebetulnya, keliling pasar itu cukup menarik, walau sampai saat ini suasananya masih belum menyentuh "irama" sebuah objek wisata. Demikian dengan wisata ke Kraton Kasunanan Surakarta dan Puro Mangkunegaran kesunanan, atau beberapa museum yang salah satunya menyimpan manusia purba pithecantropus erectus, penemuan Eugene Dubois.

Namun pelan-pelan, masyarakat Solo sudah menyediakan prasarana menarik untuk jalan-jalan malam hari. Selain tempat makan lesehan yang menyajikan minuman khas, salah satunya, teh poci gula batu, serta kawasan untuk warung-warung timlo dan soto, ada juga kawasan yang menyediakan tempat ala kafe yang menjual aneka steak.

Walaupun tempat-tempat tersebut masih belum begitu ramai dikunjungi, tapi menjanjikan untuk terus dikembangkan. Solo masih membutuhkan penanganan serius untuk menjadi Kota Wisata, dan menjadi "partner" Yogya.

City tour

Bagaimanapun, geliat Kota Solo sudah mulai terasa dalam setahun terakhir ini. Trauma kerusuhan yang pernah terjadi ­kerusuhan tahun 1998, yang menghanguskan banyak bangunan di tengah kota berangsur-angsur mulai pulih. Kota Solo memang sempat menjadi ajang "pertarungan" politik antar partai, dan cukup heboh.

Sekarang, masyarakatnya antusias untuk kembali berbenah. Salah satunya, kembali ingin menjaring para wisatawan, entah itu wisatawan domestik ataupun dari mancanegara. Kenapa tidak, Solo juga bisa jadi alternatif menarik untuk berwisata.

Antusiasme pun diwujudkan dengan didirikannya Consortium of Solo Tourism Industry, pada 23 Februari 2001. "Masyarakat Solo itu peduli pada kotanya," kata M. Ali Muhadi, ketuanya, yang juga Kepala Cabang PT Angkasa Pura (AP) I Bandara Adi Sumarmo, pada pertengahan Maret lalu di Solo.

Solo, kata Muhadi, memang belum seramai kota-kota wisata lainnya di Indonesia, walau sebetulnya banyak sekali potensi wisata. Selain pasar tradisonal, kesenian, dan kerajinan, juga ukiran yang dijadikan hiasan furnitur, sutra, dan garment, dimiliki Solo. Namun, karena pasar dan penjualannya kurang, produsen menjualnya di Yogya.

Konsorsium pun bergerak. Promosi digelar, walau masih di kalangan terbatas. Objek-objek yang menarik diperkenalkan. Solo sekarang punya dua bus City Tour. Dengan tarif Rp30.000 per orang ­kapasitas bus 15 penumpangbus bisa mengantar wisatawan keliling kota dari jam 9.00-13.00. "Peminatnya cukup bagus," kata Muhadi.

Joglo Semar

Bus tur CITY TOUR - Keliling kota naik bus tur ini murah meriah dan memikat

Solo memang patut berharap. Jika menengok keberadaan pintu gerbang kota melalui udara di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta yang memiliki tiga bandar udara besar, bandara di Solo memiliki prospek cerah. Di Semarang, Bandara Ahmad Yani, cukup sulit untuk berkembang. Demikian Bandara Adi Sucipto, Yogya, diakui tak bisa menampung pesawat-pesawat berbadan lebar. Sementara Bandara Adi Sumarmo masih layak untuk dikembangkan.

Jarak ketiganya memang cukup dekat. Dari Solo sekitar 120 km ke Semarang, dan hanya 60 km ke Yogya Yogya-Semarang sekitar 120 km. Oleh karena itulah, dibangun konsep untuk sinergi ketiga bandara di ketiga kota itu, yang disebut Triple A, dengan Solo sebagai bandara yang dikembangkan. Sementara akses Solo-Semarang, direncanakan untuk dibangun jalan tol, demikian Solo-Yogya dengan kereta api double track-nya.

Menurut Kepala Divisi Administrasi Bandara Adi Sumarmo, Aryadi Subagyo, sebetulnya sejak tahun 1986 sudah ada kajian dari JICA (Japan International Corporation Agency) yang menghasilkan konsep Adi Sumarmo sebagai bandara internasional. "Berbagai aspek mendukung, dari lahan dan tanahnya yang stabil, operasi dan teknik yang cocok, sampai sejarah dan sosiologi-ekonominya. Solo merupakan pusat perkembangan untuk jalur selatan," ujarnya. Saat itu dikenal dengan konsep Joglo Semar (Jogya, Solo, Semarang).

Sebelum krisis melanda, Adi Sumarmo memang sempat dibangun. Terminalnya pun nyaris selesai, kalau tidak ada krisis, tahun 1997. Sampai tahun lalu, terminalnya terbengkalai, tapi mulai awal tahun ini fondasinya diperbaiki lagi. "Ada investor dari Solo sendiri yang berminat," kata Muhadi.

Jika terminalnya kelak dioperasikan, ada rencana untuk membangun pula kawasan kargo dan sentra industri di kawasan bandara itu. "Ekspor dari Solo cukup besar karena Solo sebetulnya juga pusat bisnis," kata Aryadi Subagyo. Untuk operasi kebandar-udaraan sipil pun akan dipindahkan ke bagian utara ­yang selama ini dioperasikan akan dijadikan prasarana penerbangan militer TNI AU.

Namun masih diakui, penerbangan ke Solo sampai saat ini belum mencapai apa yang diharapkan. Pesawat yang mendarat di landasan pacu sepanjang 2.600 x 45 meter itu hanya Garuda Indonesia dari Jakarta dua kali sehari dengan B737 dan SilkAir dari Singapura empat kali seminggu dengan A319/A320. "Tapi sekarang sudah proses juga untuk penerbangan ke Kuala Lumpur," ungkap Muhadi, mengingat makin besarnya potensi tenaga kerja Indonesia dari Jawa Tengah.

Penumpang tujuan bisnis masih mendominasi. Namun, sudah ada juga pesawat carter Learjet dari Vietnam yang mengangkut penumpang untuk berwisata ziarah ke kawasan Jawa Tengah. Solo memang tak ketinggalan untuk menjaring wisatawan dari Cina, Korea, atau Vietnam. Keterkaitan sejarah dan agama menjadi daya tarik, di samping juga wisata bisnis.

Untuk menjaring wisatawan ke Solo melalui Adi Sumarmo memang sudah mulai dijajagi. Buku panduan wisata yang dibuat konsorsium, di samping brosur wisata lainnya, yang diberikan di terminal bandara, kiranya dapat memberikan informasi menarik. (nie)

Tidak ada komentar: